Jangan Nawar Takdir
Diantara jalan pulang yang kadang merisaukan. Diantara jam makan siang yang acapkali berisi lamunan. Diantara sepi jalanan ditemani khayalan panjang.. Sesekali kepala ini mendongak ke langit. Menatap dalam diam. Kontras dengan isi hati dan gemuruh pikiran yang ramai bersahutan. Duhai Tuhan, inikah yang terbaik? Inikah yang benar-benar kuinginkan sejak awal? Penuh diluar, bolong di dalam. Kurasa bukan. Ya, kukira bukan ini jawabannya. Hari berganti minggu, pekan menjelma bulan. Apakah aku benar-benar bahagia dengan yang kuinginkan? Sempurna diluar, cacat di dalam. Sepertinya bukan. Bukan ini yang kuinginkan. O tidak. Mungkin benar ini yang kuinginkan. Keinginan yang kukira akan membuatku bahagia sejak awal aku mendapatkannya. Tapi ternyata aku salah! Alangkah malunya mengingat betapa keras kepalanya aku memohon pada Tuhan untuk doaku yang satu ini dikabulkan. "Pokoknya harus begini, harus yang ini, harus disini, kabulkan ya Tuhan.. karena hanya dengan terkabulnya permintaan in