Posts

Showing posts from February, 2018

A Free Soul

Image
'Mah, kalau.. Teteh ngelamar jadi dosen di *nyebut satu kota* kira-kira gimana?' Seloroh saya di sela aktivitas dapur. Jemari mamah yang sedari tadi lincah mengiris bawang, terhenti sesaat, ‘*******? Itu dimana? Bukannya jauh ya dari Bandung?’ Ada nada kesedihan terselip di balik tanyanya. Intonasi yang sama karena pertanyaan serupa yang saya lontarkan empat tahun silam. ‘Hmm.. Jauh dari Bandung, sih.. Tapi ya.. nggak sejauh Turki.’ Balas saya santai, yang dijawab mamah dengan keheningan. Selain desis irisan bawang dan goresan pisau yang saling bersahutan, tidak ada lagi sisa obrolan.   P ercakapan kami berakhir tanpa kesimpulan sore itu. Kebisuan yang bagi saya berarti lebih dari sekedar jawaban panjang. Mamah tidak setuju. Dan saya tidak cukup tega mengulangi tragedi jebakan batman empat tahun lalu dengan perempuan baya yang semakin memutih saja rambutnya ini.                         “Mah, Teteh mau lanjut kuliah S2, boleh?”              “Bukannya nggak boleh.

Suka, Makan. Nggak Suka?

"Nasi kuning kebanyakan kunyitnya ini, jadi nggak enak," seloroh seorang ibu, "Nggak bisa eun yang bikinnya." Orang sebelah kanan saya ikut nimpali "mana micinnya kebanyakan lagi. Bikin eneg. Harusnya nasi kuning itu nggak pake penyedap, cukup gurih dari santan." "Iya. bumbunya seada-ada pakai lengkuas aja sama serai. Santan aja paling sama kemiri." Perut saya yang daritadi baik-baik saja melahap nasi kuning ini, mendadak mual seketika. Bukan karena rasanya, tapi karena ocehan dua makhluk di kiri kanan saya itu. Kalau orang Sunda bilang 'ni asa nyeredet hate', sakit hati banget. Miris! Saya bukan tukang masak apalagi yang punya hajat, tapi segitu tersinggungnya sama perilaku mereka. Gimana kalau ybs denger? Ya atuh bayangin aja. Itu nasi kuning tak berdosa, adalah nasi berkat selametan lahiran bayi dari seorang tetangga kita satu RT. Dikasihnya secara gratis alias cuma-cuma, dengan maksud ingin membagikan kebahagiaan sama tetangga. N

Duhai Ibu, Sabdamu Surga Neraka Baginya

Image
BANDUNG—Balik Ka Indung (Kembali Kepada Ibu) Terminal Baranangsiang; 07.29 pagi – Hari kepulangan penuh drama! Pagi buta tetiba diguyur gerimis lokal ( literally ) menjelang kepergian dari kos lah . Abang gr*bcar mendadak nyasar ke pinggir sawah lah karena doi salah masuk gang;  yang akhirnya  terpaksa saya tongkrongin di pintu gerbang depan. Dan sekarang? Bus biru pola-pola yang ngetem lama pake banget ini (saya aja sih yang nggak sabaran, emang jadwal berangkatnya per satu jam) ikut menambah daftar mood-spoiler   hari kepulangan saya ke Bandung. Huhu. Kenapa sih? Kalian sedih saya tinggal pulang? * plak ! Sejujurnya pagi itu saya bête. Bêtee banget! Apalagi setelah Iyu (namanya masuk blog teteh ni Yu, siap-siap terkenal ya 😂)—teman seperjalanan gr*b, ngasih kabar menyakitkan kalau bis yang dia tumpangi udah di tol. Makin deh... baper! Tapi mau bagaimana lagi? Protes ke sopir suruh jalan, bisa-bisa saya yang disuruh turun. Mana di luar hujan makin deres. Nunggu sambil min