Posts

Showing posts from August, 2016

Thank You but I Am Rich

Siang itu saya dan seorang teman Filipina sepakat untuk membeli beberapa kebutuhan di pasar Sabtu, Bolge. Tapi tersebab perut keroncongan yang tidak tertahankan, karena sedari pagi hanya diganjal sepotong pogaca , kami putuskan mampir dahulu ke kedai  gozleme* . Sebenarnya NH bilang tidak terlalu lapar, tapi karena saya tidak suka makan sendirian maka dengan sedikit bumbu promosi akhirnya ia pasrah juga. Ini adalah kedai gozleme favorit saya. Selain karena jenis isian yang lebih beragam dari dua kedai lain, tempat ini juga menawarkan bonus berupa taburan cabe pedas. Satu dari sekian alasan yang sulit ditolak lidah Asia. Letaknya pun tidak terlalu jauh, hanya sekitar 200 meter dari gerbang utama dan lima puluh meter dari pusat pasar, sangat strategis. Disana hanya ada tiga meja kotak mungil dengan masing-masing dua kursi kayu berhadapan. Dua payung besar belang bermerk eskrim lokal, dipasang untuk menaungi dari sengat matahari. Penjualnya seorang nenek berbadan besar berkacamata. Ba

Kamar Doraemon?

Aku ingin yang ini, Aku ingin yang itu, Semua bisa dikabulkan dengan kantong ajaib, La.. la.. la.. namun sayang sekali .. Ini bukan kantong Doraemon. * " Affedersiniz ," selang lima detik hingga saya mengalihkan pandangan dari papan keyboard menuju sumber suara. "Ada setrika nggak?" Gadis berperawakan mungil, berkacamata tanpa frame, sedikit membungkuk, suara lembut malu-malu, tengah berdiri di mulut pintu. Hmm, tipe-tipe mahasiswi yang datang untuk summer school ni, pikir saya. Walaupun sebenarnya seseorang yang saya kenal baik disini juga gitu sih (semoga yang diomongin nggak ngeh ya :P).  Karena nggak tega, kasihan dan apapun itu namanya, saya beranjak menuju lemari. Menyerahkan benda segitiga berkabel yang sebenarnya bukan milik saya--tapi boleh dipake bersama. Di lain waktu.. " Affedersiniz ," "Punya lakban nggak?" Percaya atau tidak, yang satu ini nanya pas saya lagi gosok gigi di wastafel kamar mandi! "Punya benang? Kalau jarumnya..

Pengumuman Pemenang Kuis #1st GIVEAWAY OOL 2016

Ada yang kepo ngecek-ngecek OOL satu minggu terakhir ini? Semoga karena penasaran sama pengumuman GIVEAWAY ya, hehe. Langsung ada deh tanpa basi-basi, dengan ini saya nyatakan PEMENANG LOMBA #1 GIVEAWAY 2016 jatuh kepada.. jeng jeng.. RENANDRA ICHSANSYAH dengan jawaban paling mendekati benar "saya polisi" #prok prok prok Yeay! Selamat ya Renandra..  saya turut berbahagia :D ** Loh, kok mendekati benar, Er? Emang jawaban tepatnya apa?  Buat yang penasaran, --yang enggak mah nggak usah baca!--*becanda deng, berikut saya post ulang versi lengkap Satpam Cinderella. Selamat mencermati :P. Malam itu adalah satu diantara sekian hari di musim panas aku terlambat pulang ke asrama. Pukul sebelas lewat sekian menit, entah berapa pastinya. Jangankan mahasiswa, anjing coklat yang biasa berkeliling kampus pun tak nampak batang ekornya. Sepi sekali. Selain dua orang  güvenlik  (satpam) yang berjaga di gerbang stasiun  metro  (subway), selebihnya tidak ad

My Ring, My Savior

"Erna, cincinnya bagus. Cocok sekali." Seru Hoca di sela-sela bimbingan siang itu. Saya celingukan sendiri sementara alis naik turun, bingung. Cincin ? "O.. oh ini.." tukas saya kikuk begitu menyadari arah tatapan beliau. Sebuah lingkaran perak bermotif dedauan tersemat di jari tengah. Hoca menatap dengan seksama ketika saya mengangkat tangan dan merentangkan jemari kanan. Sinar matahari yang masuk melalui jendela membuat batu-batu kecil di sekelilingnya tampak menyilaukan. Jika saja ia tidak bertanya, saya sendiri tidak ingat telah memakainya tadi sebelum berangkat ke kampus. "It fits you well," tambahnya lagi seraya menyungging senyum, tulus. " Tesekkur ederim ." Saya sedang akan kembali ke tempat duduk di sebrang meja ketika beliau bertanya tentang alasan saya memakainya. Maklum saja, di Turki, memakai cincin bagi seorang perempuan bukanlah perihal sepele. Ia memberikan arti mendalam. Berbeda dengan Indonesia yang siapapun bisa memaka

Anne Anne Anne

"Anne..," (Ibu)  suara teriakan diantara kerumunan lalu lalang pasar itu menarik perhatian saya. Jelas, tegas, kencang sendiri, meski di tengah hiruk pikuk orang ramai berjual beli.  "..gel suraya." (ayo kesini) mata saya tergerak untuk menelisik sosok bersanggul yang dipanggil anne itu. Perempuan dengan setelan kaos dan celana jeans longgar terus menggeloyor sembari menggendong batita di lengan kiri. Entah pura-pura tidak mendengar atau sengaja tidak menggubris panggilan ibu muda di belakangnya.  "Anne! Gelir misin?" (Ibu! Kesini nggak?) Nada kesal kini terdengar dari suaranya.  Tak ada pilihan. Sang ibu berjalan patuh mendekati anaknya yang sedari tadi bergeming bak patung di depan  trolley bayi.       "Karar ver!" (putuskan [mau kemana]) ancamnya galak. Kacamata hitam bertengger di kepala, kedua lengan terlipat di dada, mata merona menyala. Sesaat, pemandangan itu tampak seperti seorang ibu memarahi anaknya yang rewel di p