Posts

Showing posts from February, 2014

Turlish (Turkce-English)

Belajar bahasa asing itu, enak gak enak ternyata. Enaknya, kita belajar bahasa baru. Keseruan baru. Pengalaman baru. Dan tentunya ilmu baru *ihir.. Gak enaknya, makin hari (tanpa disadari) cara ngomong kita ternyata jadi makin gak karuan. Kamu yang kuliah di luar dan belajar bahasa selain Inggris, ngerasa juga gak sih? [NyariKawan.com] Bahasa Indonesia enggak. Bahasa Inggris berantakan. Bahasa Turki apalagi ! Hadeuuuh. Entahlah apakah hanya saya yang merasakan anomali bahasa ini atau kalian juga. Yang jelas, teman-teman di kelas TOMERku mengalami hal yang sama. Turki enggan, Inggris pun tak jelas. Jadilah lahir bahasa baru yang tak pernah diundang kehadirannya -- Turlish alias Turkce-English *fyuuh.. Esra Hoca: "Bu konuyu tamam mi cocuklar? (topik ini sudah ok ya anak-anak?)" Tanyanya PD seraya bersiap-siap menghapus tulisan mungil kecil 'nan lucu' yang baru selesai ia jelaskan. Andres: "Eeeh..." keluh Andres dengan dialek Spanyol yang kental. "

MISI #1 Air wajahmu adalah budimu

“Kenapa? Marah? Kalau tidak suka dan tidak ikhlas, tinggalkan saja!” katanya dengan sedikit nada membentak.  Sudah dua jam lalu adzan ashar berkumandang. Sebentar lagi ayah dan si sulung akan pulang kerja sementara dua anak lainnya akan pulang dari pengajian. Rendaman baju sejak satu atau dua hari lalu tampaknya telah lelah menanti untuk dicuci. Sebaskom piring kotor pun masih tertegun sendu di pojokan sumur. Asap perih yang memedihkan mata mengepul riang dari tungku perapian seolah tak peduli dengan mata yang bercucuran karena kehadirannya. Sesekali terdengar bunyi tiupan songsong* dari arah dapur, dengan polosnya turut memeriahkan kegelisahan sore itu. Bu Mulya tampak sibuk bolak-balik dapur dengan sendok sayur plastik berwarna merah menggantung di tangan kanannya sementara tangan kirinya berusaha menahan si bungsu yang hampir terlepas dari gendongan.  Reina masih terpaku di mulut dapur. Memegangi mangkok plastik biru berisi toge yang akarnya tak kunjung

Namamu HIDUP?

Wahai HIDUP, Siapakah kau gerangan? Mungkinkah aku mengenalmu? Wahai HIDUP, Apakah kau sebaik ibu? Memberi segala inginku  atas rengekanku? Ataukah setegas ayah? Menegur selalu atas segala laku lemahku?   Wahai HIDUP, Bagaimana aku harus mengahadapimu? Seperti apa dirimu pun aku tak tahu Wahai HIDUP, Andai aku mengenalmu, Andai saja bila aku mengenalmu, Tentu lebih mudah bagiku memperlakukanmu..

Aku dan Gadis Afrika (1)

Image
Sebaik itukah diriku menurutmu? tanyaku dalam hati. Aku hanya menyunggingkan senyum tipis pada Fatuma, senyum yang entah apa artinya.  "Bence, sen cok iyi bir muslumansin. Iyi bir ornek. MasyaAllah ne guzel.." [menurutku, kamu adalah muslimah yang baik. Teladan yang sangat baik. MasyaAllah cantik sekali] katanya suatu hari. "Erna, senin kiyafeti cok begendim" [Erna, aku suka caramu berpakaian] "Erna, nasil bu gibi kullaniyorsun? Ben cok begendim" [Erna, gimana caranya kamu menggunakan jilbab *red, aku sangat menyukainya] Begitulah Fatuma, teman TOMER dari Uganda sekaligus tetangga kamar yang senantiasa memuji orang lain meski menurutku ia lebih layak untuk dipuji. Aku ingat setiap kali bertemu dengannya hampir pasti ia akan berkomentar tentang caraku berpakaian atau berhijab. 'Ben cok begendim' atau kalimat positif lainnya kemudian akan jadi penutup percakapannya. Seperti saat pulang dari TOMER tadi siang "Sen burada en iyi bir orn

Waspadai Kedipan Orang Turki

Image
Eh eh, tau nggak? Semenjak sekolah di Turki, banyak sekali hal se pele yang suka ataupun tidak, teramati oleh mata kasat saya. Yaah.. namanya juga sepele, kecil, maka keberadaannya pun bisa dianggap tidak terlalu penting. Tapi ibarat kata sayur asam kurang garam, hal kecil tetap saja diperlukan. Penyemarak hidup , k atanya. Sudah jadi rahasia umum kalau orang Indonesia itu karakternya ramah. Betul nggak? Penolong, baik hati, dan tentu saja murah senyum. Gratis malah, bukan murah lagi. Sepertinya otot senyum wajah anak Indonesia memang sudah ter setel otomatis untuk berkontraksi manakala bertemu dengan orang lain-- baik dike nal atau tidak . Dan itu pula yang saya alami disini. Tiap ketemu orang Turki, langsung senyum (sapaan tidak langsung maksudnya). Mau minta selimut ke penjaga asrama, kasih dulu senyum. Mau ambil jatah makan di kantin, senyumin dulu Abla (bibi penjaga) nya. Mau ambil wudlu di mesjid, senyumin juga marboth nya. Keluar asrama, senyum lagi ke guvenlik (satp

Beginilah 'Ras' Turki

Rasanya tidak pernah sedikit pun terbersit dalam hati kalau aku bakal keterima beasiswa Turki. Jangankan berharap, membayangkannya pun aku tak pernah. Ya, waktu itu hanya coba-coba sejujurnya. Iseng-iseng membuka link beasiswa yang di share teman sekelasku via dinding facebook - nya. Sungguh aku hanya coba-coba, membukanya, dan mengisi form online - nya kemudian submit . Tak lebih dari itu. Beberapa kolom persyaratan –yang bagi sebagian orang termasuk penting untuk diisi—bahkan kubiarkan kosong. Saat itu aku hanya berharap akan lolos seleksi beasiswa KGSP Korea yang sangat kuinginkan. Sambil menunggu pengumuman beasiswa KGSP tak ada salahnya mencoba daftar beasiswa lain, pikirku kala itu. Satu bulan berlalu sudah setelah itu. Aku tidak lolos beasiswa KGSP. Betapapun ingin, rupanya Allah belum mengizinkanku menuntut ilmu ke negeri ginseng. Tak banyak bersedih segera kusiapkan berkas untuk melamar beasiswa ADS Australia. Aku yakin bisa menembus beasiswa ini. Entahlah darimana k