Prof. Achmad, Ulul Albab Sejati

 

Pertama kali kenal sosok beliau tersebab pembekalan pembinaan PAI (Pendidikan Agama Islam) di IPB. Awalnya asing. Awalnya tak kenal. Awalnya tak sayang. Hingga akhirnya saya sering menghadiri kajian-kajian rutin (kantin) beliau di aula masjid Al Hurriyyah saban pagi. 

Sosok dosen, sekaligus ustadz, di IPB itu banyak. Banyak sekali. Tapi entah kenapa, saya kira semua mahasiswa di IPB dari semua kalangan/ angkatan, akan sepakat bahwa Prof. Achmad adalah sosok yang paling ikonik. Tidak ada duanya. 

Beliau adalah simbol keshalihan. Beliau adalah lambang-lambang ketaatan. Beliau adalah akar panutan. One in a million! Ya Allah.. 


Dalam beberapa kesempatan, saya sering menyelinap ke ponpes putri asuhannya demi mendengar kajian-kajian keputrian yang rutin beliau sampaikan kepada santri-santrinya. Menyimak ilmu beliau, seperti menenggak air garam di lautan. Tak pernah cukup menuntaskan dahaga rasanya. Nasihatnya selalu mendalam. Tutur katanya selalu bernas. Dan setiap ilmu yang beliau sampaikan.. entah kenapa, tak pernah bosan meski telah disampaikan berulang-ulang. Mungkin itu ya yang disebut pesona iman (?). Allahu alam. 

Beliau adalah sosok manusia yang tidak pernah takut pada apapun selain Tuhannya. 

Pernah suatu hari saya mencermati naskah orasi guru besar milik beliau. Karena kebetulan perlu referensi untuk orasi serupa dosen saya di fakultas. 

Kalian tahu? Kata pengantar beliau amat sangat sederhana. Terlalu sederhana. Oh enggak, mungkin lebih tepat: sangat to the point. Saya di skripsi aja.. nulis ucapan terima kasih masih ada sedikit bumbu-bumbu puja puji buat kampus, dospem, asisten.. di urutan pertama! 

Dukungan keluarga dan orangtua? Di urutan paling akhir. Ikut format kebanyakan. Takutnya salah kan. 

Beliau? Diantara sedertan naskah orasi yang kami jadikan referensi kala itu, hanya Prof. Achmad yang pengantarnya lugas berucap syukur kepada Allah, di urutan pertama. Dukungan keluarga, di urutan kedua. Dan kampus? Ya, you gonna read it right : di urutan setelahnya. SETELAHNYA. Nggak ada pujian berlebih. Bagi beliau, sukses guru besarnya adalah kehendak Allah. Semua komponen makhluk di dalamnya, hanya berikhtiar sewajarnya. Melakukan tugas sesuai tupoksinya. Maka bila ada pihak yang harus beliau terimakasihi, beliau syukuri lebih banyak, maka Allah-lah jawabannya. 

Saya nyaris tak percaya. Tapi bahkan saat beliau sempat terlambat memasuki podium untuk acara pelantikan guru besar dospem kami di fakultas, beliau bisa masuk dengan tenangnya. Mengikuti ritme upacara. Tanpa tekanan, tanpa khawatir/ ketakutan atas cibiran orang. Dan yang selalu saya kagumi dari beliau : gerak-geriknya yang begitu bersahaja. 


Sejak selesai mendampingi orasi guru besar dosen kami awal 2018 silam, semenjak memutuskan untuk kembali pulang ke Bandung, saya tak pernah bertemu lagi dengan Prof. Achmad. 

Pagi tadi, seorang kawan dekat (mantan presiden ponpes asuhan Prof. Achmad) memasang status WhatsApp. Samar2 tampak sesosok wajah yang rasanya familiar. Tapi berbingkai. Deg! Saya belum lihat foto jelasnya, tapi ya Allah.. lenapa tiba2 teringat Prof. Achmad? 

"Allahummagfirlahu warhamhu waafihi wa'fuanhu..

Enggak, pasti kamu salah baca, Er. 

Selamat jalan gurunda... Ustadz Achmad"

Enggak.. kamu salah baca kan, Er. Ini, Ustadz Achmad, bukan Prof. Achmad. 

😭😭😭


Ya Rabb.. 

Ya Rabb..

Guru kami. Murabbi kami. Betapa kami menyanginya. Tapi ia milikMu. Dan sayangmu padanya pastilah lebih besar dari cinta kasih kami padanya. Sungguh kami bersaksi bahwa, beliau almarhum adalah sebaik-baik sosok. Sebaik-baik guru. Sebaik-baik ayah. Sebaik-baik teladan yang pernah ada di bumi IPB. Prof. Achmad adalah sebaik-baik ilmuwan, sebaik-baik ulul albab. 




Ganjarkan baginya syurga terbaik ya Rabb. Dan izinkan kami, bertemu lagi dengannya di akhirat kelak. Aamiin aamiin aamiin ya Rabbal 'alamin.



Saat bumi berduka.

Bandung, Desember 05.

Penerus risalah,

Erna Eruna.


Comments

Popular posts from this blog

Hati-hati dengan (kriteria) Pria Turki !

Perempuan Indonesia di Mata Laki-laki Turki

Lelaki Turki

MashaAllah ala Turki vs Indonesia

Tanya Jawab Seputar Beasiswa Turki