Ruang Privasi.


Temen-temen pernah liat ayam anakan, nggak? Tahu bentuk rupa induk ayam yang baru lahiran (re: netasin telor)? Bulunya kan ngembang heboh kayak gendut gitu ya. Terus kalau kita deketin dia mendadak sangar bak buntal. Serem kan?

Nah, manusia termasuk saya, kalau diibaratkan si mamak ayam, galaknya begitu juga tuh. Kapan? Ketika saya merasa ruang privasi saya terusik.

Kalau induk ayam ruang ekslusifnya mungkin di sekotak kandang, ruang privasi fisik saya adalah di sepetak kamar. Kalau ternyata kamarnya mesti dibagi-bagi sama roomate, RPriv nya saya persempit jadi bed alias kasur.

Saya orangnya nggak pelit (pelit banget) kok. Serius. Dalam urusan apapun. Tapi soal privasi, saya orangnya rada2 rehe emang nih. Enggak tahu kenapa. Haha.

Orang koleris emang rata-rata begitu kali ya.

Saya kalau ada temen main ke kosan atau rumah misal, mau acak2 dapur silahkan. Mau guling2 di lantai ruang tamu mangga. Mau konser di kamar mandi terserah (ai nggak malu mah), tapi kalau kamar. Sorry.

Paling snewen itu kalau ninggalin kamar rapiiiiii banget, pulang-pulang isinya kayak kapal pecah. Jangankan berantakan, lipetan selimut berubah aja saya bisa ngeh 😂 (ini musibah apa anugerah?). Segitu udah diberesin lagi sama pengunjung "gelap"nya padahal. Gimana kalau nggak diberesin sama sekali.

Bicara soal privasi, tentunya kita nggak hanya diskusi tentang soalan fisik ya. Tapi juga privasi dalam konteks hubungan sosial kemasyarakatan atau kekeluargaan.

Bagi saya, privasi adalah satu dari sekian hak tertinggi kita sebagai manusia. Jadi, menghormatinya adalah hal wajar yang tidak bisa ditawar.

Tidak semua hal dalam hidup kita harus diumbar. Iya nggak? Termasuk tidak semua hal tentang orang lain perlu kamu tahu, Bambang. Nggak usah kepo. Apalagi keponya lebay berlebihan dan bikin orang lain nggak nyaman.

Kerja di mana sih?
Bagian apa?
Jadi apanya?
Gajinya berapa?

Suaminya lulusan mana?
Baik nggak?
Suka ngasih uang belanja berapa?

Dih. Situ polisi? Apa jaksa? Nanya kok nyaingin kereta.

Pernah ngalamin dibegitukan? Atau jangan2 kamu pelakunya? 🙈.

Jangan ya. Yuk kita belajar saling menghargai satu sama lain. Setiap orang itu punya batas. Setiap orang punya hak untuk urusan pribadinya.

Di negara selain +62, utamanya region barat sana, satu hal yang saya kagumi dan banyak belajar darinya adalah kemampuan dan komitmen mereka untuk saling menghargai privasi.

Tanya seperlunya. Dijawab syukur, nggak dijawab nggak perlu dipaksa. Nggak usah baper nggak usah marah apalagi sampe musuhan. Cukup pahami bahwa setiap orang butuh ruang.






Comments

Popular posts from this blog

Hati-hati dengan (kriteria) Pria Turki !

Perempuan Indonesia di Mata Laki-laki Turki

Lelaki Turki

Cari Jodoh Orang Turki?

MashaAllah ala Turki vs Indonesia