Ayahku Bukan Cinta Pertamaku


"Katanya ayah itu cinta pertamanya anak perempuan ya, Er?"

Aku terhenyak. Kulayangkan pandangan menerawang mobil-mobil besar yang berlalu lalang lamban di jalanan.

Kucari-cari di seluruh penjuru otak, jawaban atas pertanyaan yang tak pernah kunantikan. Tak pernah kuharapkan akan ada seseorang bertanya demikian. Geez! I was trying so hard but found nothing in there.

Ayahmu cinta pertamamu?

Pikiranku melayang pada secarik halaman biografi seorang guru bangsa.

Pria itu sedih teramat dalam. Semua orang tahu ia tak rela kehilangan separuh jiwa yang amat sangat dicintainya. Tapi berdiam diri di mihrab saja, tanpa kunjungan ke pemakaman, adakah menjadi bukti bahwa lelaki baya itu benar-benar mencintai istrinya?

"Apakah engkau sudah tidak mencintainya (ibu) lagi, ayah?"

"Aku sangat mencintai ibumu."

"Lantas mengapa engkau tidak pernah mengunjungi makamnya dan justru berdiam diri saja di mihrab seharian? Apa itu yang dinamakan cinta?"

Lelaki itu terdiam, lama sekali.

"Jika aku aku terus menerus mengunjungi makam ibumu, aku takut cintaku padanya mengalahkan cintaku kepada Tuhanku. Dan ibumu pun pasti tidak mau aku begitu."

Apalah arti memiliki, ketika diri ini pun bahkan bukan milik kita sendiri? 

--

"Ayah cinta pertamanya anak perempuan. Bener gitu ya, Er?"

"..mmh.. mungkin." 

Bagi kebanyakan anak perempuan mungkin begitu. 

Bagi saya tidak demikian. 

You might call me kolot or else. Tapi ketika berbicara cinta, rasanya saya nggak berhak menomorsatukan makhluk ke atas Kholiq. Sang Pencipta yang Maha Cinta. Bahkan setelah Allah pun, Rasulullah yang setiap jiwa rela menukar nyawa demi keselamatannya, akan ada di urutan berikutnya. 

Maka cintailah manusia sewajarnya, kata Ali ra. Karena diri kita pun bahkan bukan milik kita sendiri..

--

Kalau cinta pertama dan kedua adalah Allah dan Rasul-Nya, berarti ayah kamu cinta ketiga ya, Er? 

Bukan juga. 

Trus? 

My family is and always be my 3rd love. As a whole, without someness πŸ˜‚ (anak tekpang/ THP mesti paham nih)

Trus suaminya?

Hmm.. maaf ya, Bang. Tapi mohon berkenan saya jadikan abang dan keluarga sebagai cinta ke-4. InshaAllah saya juga nggak keberatan dijadikan cinta ke-4 abang.

Mohon dibaca lagi baik-baik artikel lengkapnya.

Cinta ke-4 ya, Bang. 
Bukan istri ke-4. 
Yakali πŸ˜‚πŸ™.





Comments

Popular posts from this blog

Hati-hati dengan (kriteria) Pria Turki !

Perempuan Indonesia di Mata Laki-laki Turki

MashaAllah ala Turki vs Indonesia

Lelaki Turki

Belajar Memahami Kamu