Suka, Makan. Nggak Suka?

"Nasi kuning kebanyakan kunyitnya ini, jadi nggak enak," seloroh seorang ibu, "Nggak bisa eun yang bikinnya."

Orang sebelah kanan saya ikut nimpali "mana micinnya kebanyakan lagi. Bikin eneg. Harusnya nasi kuning itu nggak pake penyedap, cukup gurih dari santan."

"Iya. bumbunya seada-ada pakai lengkuas aja sama serai. Santan aja paling sama kemiri."

Perut saya yang daritadi baik-baik saja melahap nasi kuning ini, mendadak mual seketika. Bukan karena rasanya, tapi karena ocehan dua makhluk di kiri kanan saya itu. Kalau orang Sunda bilang 'ni asa nyeredet hate', sakit hati banget. Miris!
Saya bukan tukang masak apalagi yang punya hajat, tapi segitu tersinggungnya sama perilaku mereka. Gimana kalau ybs denger?

Ya atuh bayangin aja. Itu nasi kuning tak berdosa, adalah nasi berkat selametan lahiran bayi dari seorang tetangga kita satu RT. Dikasihnya secara gratis alias cuma-cuma, dengan maksud ingin membagikan kebahagiaan sama tetangga. Ngasih kabar gembira atas kelahiran putra tercintanya.

Terus apa apresiasi kita?

Sekali lagi, itu nasi dikasih gratis lho. Nggak perlu bayar. Dianterin langsung ke rumah malah. Kok malah di ghibah? Itu, balesan kita untuk tetangga yang masih berbaik hati menganggap kita saudara mereka?
Segitu masih untung kita diinget, nggak dilewat rumahnya dari sembako nasi kuning syukurannya. Artinya apa? Artinya, mereka masih menghargai kita, menganggap kita ada.

Ya kalau mau bahas kualitas beras yang nggak oke, bumbu kurang pas, rasa yang kurang enak atau nasi yang kurang banyak, bukan di sini tempatnya *tunjuk piring nasi*. Masak lah sendiri, gih!
Atau kali-kali kreatip dikit nyumbang beras kualitas prima buat saudaranya. Oh, mau bantu masak? Boleh.. boleh banget, Mak. Yang nggak boleh itu ghibah 😁😂.

Saya tahu kok beban hidup emak-emak (berhubung emak saya sering curhat) itu banyak, seabrek. Tapi nggak ada ruginya pan kalau kita belajar nahan lisan? Apalagi ada hubungannya sama makanan. Hihi. Tahu kan isu paling sensitif buat emak-emak selain berat badan? Nah itu, rasa makanan.

Kata nasihat bijak, jangan sekali-kali mencerca makanan/hidangan. Karena mereka juga bisa pundung *Krik🤐.

Yang benar adalah udah lah yuk kita teladani Rasulullah aja. Kalau beliau suka dengan suatu hidangan, ia makan. Jika tidak suka, beliau tinggalkan. Jadi nggak perlu diperkarakan ya, dear. Apalagi sampe bikin marah diem-dieman. Hihi.

Pesan khusus teruntuk bapak-bapak, abah-abah dan para suami, hati-hati kalau mau komplain masakan istrinya ya. Percayalah, berpikir sebelum bertindak itu selalu lebih bijak. Kecuali situ mau masak 😆😆😁.

Uda ah. Salam cinta aja dari saya,
ttd

Pengamat kehidupan (bukan juragan nasi kuning).








Comments

Popular posts from this blog

Hati-hati dengan (kriteria) Pria Turki !

Perempuan Indonesia di Mata Laki-laki Turki

Lelaki Turki

MashaAllah ala Turki vs Indonesia

Tanya Jawab Seputar Beasiswa Turki