Hitam Putih Beasiswa Turki: H.I.T.A.M.


WARNINNGG!!

Ulasan berikut mengandung curhat pahit tingkat tinggi. No tipu tipu. Diekstrak dari berbagai pengalaman mahasiswa penerima beasiswa TB dari berbagai kota di Turki.

Membaca tulisan ini akan membuat semangat anda (terutama yang terlanjur daftar) menjadi kendur, mendadak hilang nafsu makan, gelisah serta galau berkepanjangan dan mimpi buruk selama beberapa malam ke depan.

SANGAT TIDAK disarankan untuk dibaca oleh calon mahasiswa bermental tempe!

Masih mau baca? Segala bentuk keracunan di luar tanggung jawab penulis.

= = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = =

Sumber gambar di sini


Selamat tengah malam waktu Turki, pejuang beasiswa! *niat banget taktiktuk ngetik malem-malem begini. Lumayan lah biar nambah sensasi serem angker tulisannya, hihi.

Gimana yang yang post-graduate, udah pada daftar beasiswa Turki kan, kemarin? Semoga nggak nyesel ya setelah baca postingan ini πŸ˜›. Buat adek-adek S1, plis jangan lupa netralkan informasi subbab hitam dengan yang putih biar seimbang ya. Kuy deh kita mulai!

Jadi se-hitam apa sih beasiswa TB??



1. Daftar beasiswa TB = siap deg-degan setiap saat. Mulai dari awal keberangkatan ke Turki terutama. Pasalnya pihak TB ini kadang-kadang suka PHP nggak jelas. Contoh terdekat adalah: tiket pesawat. Bayangin aja, kamu dikasih tahu kalau besok akan berangkat ke Turki dengan penerbangan jam delapan malam. Tapi sampai pukul 12 siang esok hari, itu tiket pesawat elektronik belum di tangan. Orang rumah udah ribut sendiri nanya jadi berangkat apa enggak, mobil sewaan udah siap siap menuju bandara tinggal nunggu aba-aba, koper-koper gede udah beres dipacking dari kapan tahu, tapi tiket belum di tangan! Gimana nggak jantungan?

2. Sangat sedikit orang Turki yang bisa berbicara bahasa Inggris, bahkan di bandara internasional sekalipun! Tahun 2013, saya ingat, kami harus transfer pesawat dari bandara internasional Ataturk menuju ke bandara domestik Izmir. Waktu itu hanya ada jeda sekitar satu jam kalau tidak salah. Ya namanya juga orang baru, waktunya sempit, tidak tahu arah, tanya ke bagian informasi nggak ada yang bisa bahasa Inggris (!), dikasih arah pake bahasa isyarat malah muter balik lagi ke tempat yang sama, ya wajarlah kalau panik. Saking keselnya saya sampai mengutuk-ngutuk heran 'ini yakin statusnya bandara internasional?!'
Untung saja ketika itu ada satu penumpang satu pesawat yang kebetulan -nggak ada yang kebetulan sih- sering pulang pergi lewat Turki. Dengan heroiknya, atau mungkin nggak tega melihat muka kami yang linglung tak karuan, dia antarkan kami menuju gerbang yang dimaksud. Padahal jaraknya lumayan jauh. Terima kasih ya mas hamba Allah, semoga kebaikannya berbalas pahala.

3. Masa 1-3 bulan pertama kedatangan di Turki adalah masa paaaaliing sulit. Hampir tidak akan pernah kamu temukan orang bisa berbahasa Inggris di sini. Jika pun bisa, mereka nggak akan mau ngomong! Disitulah repotnya. Jadi, bawa kamus Turki kemana-mana agaknya menjadi cara paling wajib untuk dilakukan.
Selain itu, untuk kamu yang belum terbiasa bepergian atau terpisah jauh dari orangtua dan sanak saudara, biasanya sindrom homesick selalu jadi masalah utama. So, be ready ya guys :).
Belum lagi soal makanan, temen kamar orang Turki yang -kalau kita nggak sabar- jauh lebih sering nyebelinnya; ngerokok lah, teriak-teriak di telepon, cekikikan ketawa-ketiwi sampe jam dua pagi, berantem sesama OT gara-gara masalah sepele. Percayalah, saya menyaksikan semua itu.

4. Kuliah dalam bahasa Turki itu, susyah. Sulit. Hese. *ngetik sambil nangis*. Dan kalian tahu apa yang paling tidak adil? Kelas pengantar bahasa hanya mengajarkan kami seputar ilmu-bertahan-hidup di Turki. Cara memperkenalkan diri, bertanya arah jika tersesat, menawar harga barang di pasar/ toko, mengenalkan jenis-jenis film dan lagu, mengenalkan budaya, percakapan di RS atau bank, you know, ya seputar-seputar itu lah. Nggak pernah bener-bener diajari sesuatu yang berbau akademik formal. Jadi giliran kita kuliah masuk kelas reguler, kamu akan merasa menjadi manusia paaaaaling bodoh sedunia. Masuk, duduk, Hocanya nerangin, tapi kamu cuma bisa mlongo kosong sampai kelas berakhir. Krik.. krik.. Mbeee..

Jadi kalau mode kuliah di Indonesia atau negara berbahasa Inggris skema belajarnya simply: membaca kemudian memahami bacaan, di Turki skemanya beda: baca teks bahasa Turki - artikan bacaan - mencerna maksud bacaan - memahami. Kebayang kuliah jurusan teknik/ sains/ ilmu terapan dalam bahasa Turki? Mending kalau istilah yang dipakai bersifat umum, misal bahasa latin atau gimana gitu. Lah ini? Film Spider-Man aja berubah judul jadi Γ–rΓΌmcek Adam. Gimana saya nggak garuk-garuk tembok? 😭πŸ˜₯

5. Beasiswa TB nominalnya tidak terlalu besar alias keciiill. Tapi cukup sih. Cuma, kalau kamu punya cita-cita bisa bangun rumah sepulang dari Turki, sepertinya kamu salah alamat, Nak. Dan.. Agaknya belum terlambat untuk daftar beasiswa sebelah πŸ˜€ (?).

6. Beasiswa TB tidak meng-cover biaya penelitian tesis maupun disertasi. What? Terus gimana dong, Er? Kan penelitian mahal.
Ya kita biasanya mengajukan proyek ke kampus. Dan sejauh ini, rata-rata setiap kampus punya alokasi khusus untuk biaya proyek mahasiswa. Nggak sampai harus nguras kantong sih, walaupun ada juga temen saya yang jadi 'korban' keganasan Hocanya. Suruh penelitian, pakai biaya pribadi dulu, tapi uangnya belum diganti-ganti sampai sekarang. Duh.. ada aja orang model begitu. Ada lagi yang lebih ngenes; udah selesai penelitian, udah nyusun, tinggal ngajuin tanggal sidang, eh tiba-tiba tulisannya dia sudah dipublikasikan di satu jurnal oleh rekan dosen pembimbingnya! Kok bisa?? Nangis darah kalau begini caranya.

7. Jangan macam-macam sama peraturan beasiswa TB atau kelar idup lo! Bener-bener harus taat aturan main. Nggak lapor dikit, salah dikit, miskom dikit, beasiswa dibekukan. Distop beberapa bulan sampai semua clear. Atau, nggak ada angin nggak ada hujan, tiba-tiba diputus gitu aja. Entong salah ape, Mak? Dan kadang nggak fair adalah kamu dihukum (re: uang bulanan dipotong sekian persen) karena kesalahan A sementara temanmu yang lain, untuk kesalahan yang sama, tidak dihukum apa-apa! Gitu deh, tebang potong sesukanya πŸ˜£πŸ˜­. Bener-bener tergantung nasib dan amal sholih ini mah.

8. Kebijakan beasiswa TB berubah setiap tahun! Celaka banget buat kamu yang nggak pernah update info perkembangannya. Seperti yang saya bilang di atas, nggak ada angin nggak ada hujan, dipotong? Bayangkan, lu nggak tahu salah lu apa dan tiba-tiba beasiswa dipotong??

9. Mulai tahun ini, semua bentuk butunleme (remedial) dan semester pendek dihapuskan! Nah lo. Nggak lulus matkul, ngulang deh tahun depan. Nggak lulus lagi? Ulang lagi tahun depannya. Hmmm.. Gimana Entong mau lulus, Maak..?!

10. Jika sampai habis masa kontrak beasiswa dan kamu belum lulus, say goodbye for everything. No flight ticket to get back home, even. Sejahat itu? Ya iya. Catatan banget nih terutama untuk mahasiswa  master dan doktor. Makanya jangan kebanyakan jalan-jalan, kuliah yang bener! *nunjuk diri sendiri*.

11. Kampus di Turki banyak tingkatannya, ada sistem rangkingnya juga. Nggak semua bagus, bahkan yang mutu dan fasilitas pendidikannya lebih jelek dari indo juga ada. Kamu yang kebetulan kebagian di kampus model begini nanti, banyakin belajar dan berdoa ya. Utamanya mah belajar sa-bar :).

12. Standar pendidikan di sini nggak tinggi-tinggi amat (re: nggak susah banget kaya di Inggris atau beberapa negara tertentu di Eropa atau bahkan Indo sendiri). Buat kamu yang mematok gengsi tinggi untuk studi, mungkin akan cukup kecewa ketika kuliah di Turki, apalagi kalau kebetulan terdampar *nggak tega gini ngomongnya* di kampus yang memang kurang oke πŸ˜€.
Pokoknya, berasa jadi mahasiswa paling pinter di kelas deh kalau kuliah di sini. Haha. Eh sebentar, atau saya memang pinter? (ngarep dilempar kulit pisang!).

13. Dosen pembimbing juga rupa-rupa. Yang baik suka nraktir makan dan ngasih hadiah ada, yang jahat killer nyebelin luar biasa juga banyak >< (jadi curhat gini). Lebih parah lagi, yang rasis dan anti orang asing juga eksis! Waduh. Allah korusun. Bisa jadi saat kamu tanya seputar beasiswa TB ke si A, dospem dia kebetulan adalah orang yang terkategori baik. Tapi musti diingat, anak master dan doktor di turki nggak cuma satu itu aja, ratusan! Dan setiap orang punya kisah yang berbeda, punya cerita hitamnya masing-masing. Hiks.

.

Jadi, dengan segala kegelapannya, kalau saya ditanya nyesel atau nggak kuliah di Turki, jawabannya: enggak sama sekali 😁😊😊. Kenapa? (InshaAllah) Akan saya jawab di postingan selanjutnya ;).
.

Selamat pagi Indonesia~

***


Comments

Popular posts from this blog

Hati-hati dengan (kriteria) Pria Turki !

Perempuan Indonesia di Mata Laki-laki Turki

Lelaki Turki

Cari Jodoh Orang Turki?

Tanya Jawab Seputar Beasiswa Turki