Kudeta Turki: Ulah siapa?


Udara malam yang panas mencekam, kelelahan setelah seharian berjalan, suara-suara keras dari mesjid yang tak kunjung reda. Ada yang meninggal kah? Antara tidur dan nggak tidur. Kuraih telepon genggam Mb Wik di ujung kasur. Masih jam 2 pagi. Tapi tidak biasanya mesjid 'seribut' ini.

Baru aja mau melanjutkan istirahat, tiba-tiba

Klik! Terdengar suara stop kontak pertanda lampu dinyalakan. Menengahi lantunan doa bak takbir malam lebaran masih berkumandang dari toa mesjid terdekat.

"Na, Erna, bangun Na! Ada kudeta. Erdogan dikudeta sama militer!"

Saya terduduk seketika. Perlu waktu beberapa detik untuk mencerna perkataan yang bagai bom di pagi buta itu.

Erdogan? Kudeta? Militer?

Kok bisa?
Nggak ada angin nggak ada hujan. Setahu saya kondisi Turki beberapa waktu terakhir cukup baik-baik saja. Tidak ada alasan untuk terjadinya kudeta. Kecuali kalau saya kurang update sama berita.

Ratusan chat personal maupun grup telah memenuhi akun Whatsaap.

'Erna, kamu baik-baik aja, kan? Kabarnya ada kudeta ...'
'Na, katanya Turki dikudeta. Bener nggak?'
'Erna chan, mau info valid tentang kudeta Turki dong...'
'Teh Erna, gimana kabar Turki?..'

Astagfirullah.. ada apa ini?

"Cepat ambil wudhu, Na. Shalat. Doakan kebaikan untuk Turki. Sudah 16 polisi syahid."

Innalillahi wa inna ilaihi raajiuun.. Karena inikah mesjid begitu ribut tiada henti??

**


Massa turun ke jalan menentang kudeta

Hampir seminggu sejak terjadinya peristiwa percobaan kudeta di Turki pada Jumat (15/07) lalu. Alhamdulillah berhasil digagalkan. Jika sampai kudeta berhasil, barangkali cerita yang saya tulis akan jadi berbeda. Atau mungkin tidak akan pernah ada tulisan sama sekali.

Masih lekat dalam ingatan saat sebuah pesawat terbang cukup rendah di langit Izmir pagi itu. Suara mobil menderu-deru dan teriakan takbir saling bersahutan mengiringi kepergian penduduk ke alun-alun kota.

Ya Allah, Bismillah, Allahu Akbar !
Ya Allah, Bismillah, Allahu Akbar !
Ya Allah, Bismillah, Allahu Akbar !

Iringan doa dari imam-imam mesjid pun semakin keras, seolah tak mau kalah dengan riuh takbir masyarakat.
MashaAllah.. yasasin Izmir!

Pagi yang begitu panjang dan benar-benar mencekam yang pernah kualami. Ledakan bom mungkin sudah jadi berita biasa, tapi kudeta? Akankah Turki berakhir seperti Mesir? Allah korusun.


Masyarakat mengambil alih tank militer

Massa bertakbir usai penghentian kudeta 

**

"Kudeta gagal. Alhamdulillah, Turki sudah kembali aman terkendali. Terima kasih untuk teman-teman yang sudah peduli :)"

Tidak banyak yang kuceritakan kepada rekan-rekan di tanah air. Pun termasuk kepada kedua orang tua, kecuali sebait pesan singkat di atas. Bagi sebagian orang yang mengharapkan press release menghebohkan dari-seseorang-yang-tinggal-di-Turki jawaban itu sedikit mengecewakan. Saya paham. Tapi saya punya alasan tersendiri untuk tidak menulis tentang apapun. No twitter, no update status facebook, no instagram (karena emang nggak punya, hehe).

Kenapa?

Sejak detik percobaan kudeta terjadi, tersebarkan oleh media tepatnya, ratusan bahkan ribuan posting dan komentar memenuhi timeline FB. Memuji, mengelu-elu, mengutuk, mencaci-maki, prasangka, berita-berita liar tak berdasar, komentar sinis dan skeptis, sumpah serapah, blas! Berdesakan. Muntah. Muak. Lelah. Ingin rasanya menutup akun saat itu juga.

Ini rekayasa pemerintahan Erdogan... tulis sebuah status

Kudeta ini ulah FETO dan jajarannya.. bisik seorang teman

Hukum mati saja para pengkhianat bangsa.. umpat seorang warga

Guru kami tidak bersalah.. ceriwis seorang kawan
 
Ngumpul dikit, tangkap. Beda dikit, tangkap..

Turki, penyelamat akhir zaman..

Erdogan, presiden idaman umat muslim dunia..

Otoriter, diktator! sergah seorang komentator.

Dasar fanatik! Mau aja dibodoh-bodohin media! 

Berita sampah, sembrono, nggak bermutu!


Saat kedua pihak merasa paling berjasa dan tak berdosa. Ketika semua orang merasa dirinya paling benar, di mana posisi kita? Manusia sungguh begitu mengerikan.

Mungkin iya, saya tinggal di Turki. Barangkali betul saya (atau teman-teman) percaya dan cenderung memihak salah satu pihak. Tapi bagaimanapun juga penglihatan saya terbatas, ilmu saya secuil pun tak lebih, akses informasi tidak banyak. Hanya berbekal tulisan hilir mudik dari media. Itu juga belum tentu benar adanya.

Sungguh, saya merasa tidak punya hak sama sekali untuk men-judge apalagi mengadili perkara yang terjadi di Turki saat itu. Lalu bagaimana mungkin saya tega mencaci pihak lain? Let the time reveals everything. 



Karena sebaik-baik keberpihakan adalah berpihak pada kebenaran, meskipun itu pahit. 


Ya Allah, saya tidak tahu siapa yang benar dan salah. Tapi Ilmu-Mu jauh melebihi segala sesuatu.. Maka tunjukilah kepada negeri ini kebenaran dan lindungilah dalam kebaikan.
Rabbana wa'fuanna, wagfirlana, warhamna, anta maulana fansurna 'alal qaumil kaafiriin..    
   


وَمَكَرُوا وَمَكَرَ اللَّهُ ۖ وَاللَّهُ خَيْرُ الْمَاكِرِينَ 
“Orang-orang kafir itu membuat makar (tipu daya), dan Allah membalas tipu daya mereka itu. Dan Allah sebaik-baik pembalas tipu daya” (QS Ali Imran: 54)
***

PS: Menyaksikan korban syahid kudeta saja sudah sangat menyedihkan, jadi please stop berkomentar arogan dan tidak mendasar. Unless you're not a human being
Allahumagfirlahum warhamhum wa'afihi wa'fuanhum. Teruntuk para syahid, Al Fatihah.  


Comments

Popular posts from this blog

Hati-hati dengan (kriteria) Pria Turki !

Perempuan Indonesia di Mata Laki-laki Turki

Lelaki Turki

MashaAllah ala Turki vs Indonesia

Tanya Jawab Seputar Beasiswa Turki