Refleksi Akhir Tahun 2015
MashaAllah.. Tidak terasa ya sudah tiba di penghujung tahun 2015.
Alhamdulillah.
Sebenarnya adalah bukan kebiasaan saya menuliskan evaluasi akhir tahun secara terbuka seperti di blog. Tapi, saya merasa bahwa tahun ini memang begitu spesial terutama karena untuk pertama kalinya saya menghabiskan waktu satu tahun penuh di Turki ! Satu hal yang tidak pernah terduga akan terjadi dalam lembaran hidup saya.
Vakit ne kadar cabuk geciyor ki. Cepat sekali waktu berlalu. Agaknya baru kemarin semua terjadi. Masih segar dalam ingatan saat 'berseteru' berebut trolley dengan gadis-gadis Afgan di masa kepindahan asrama, ber-itikaf ala abal-abal di mushola dorm sementara, menenangkan Mazuin yang kucingnya dibuang oleh Belediye, berlomba-lomba mengambil sepotong semangka atau melon dingin di yemekhane saat musim panas tiba, atau bahkan memanjat pohon berdaun lebar di samping idare demi tiga butir buah tin segar. Aah.. what a memories !
Membolak-balik [re: men-scroll] diari, ternyata begitu banyak peristiwa yang saya alami setahun belakangan. Berbagai gejolak perasaan, pemikiran, kepahitan, kesenangan, pembelajaran diri, pendewasaan, semua tumpah ruah dalam warna-warni kaleidoskop hidup saya. Peristiwa A-Z yang mungkin tidak akan pernah saya syukuri jika tak membukanya kembali.
Winter-to-Fall Trip Backpacker. Ingat betul bersama dua rekan dadakan dari Istanbul, saya menjelajahi tiga perempat wilayah Turki winter itu! 3/4 cuy! Inanilmaz jincha. Sometimes, I get myself speechless though. Demi sebuah misi organisasi, bulan Februari lalu saya terbang ke Trabzon, wilayah paling utara Turki. Tiga hari berikutnya, atas rencana yang tiba-tiba, perjalanan berlanjut ke wilayah paling selatan yaitu SanliUrfa. Kota yang dalam beberapa bulan terakhir heboh dengan isu peledakan bom dan aksi brutal oleh teroris lokal. Kalau diingat lagi, saya beruntung sekali sempat berkunjung ke Kota Para Nabi itu jauh sebelum isu ketidakamanan mencuat. Jauh sebelum Indonesia tiba-tiba diramaikan dengan kabar mahasiswa terlibat ISIS dan orang rumah bertanya apakah saya baik-baik saja atau tidak disini --''. #ada2aja.
Berselang tiga jam dari Urfa saya menapakkan kaki di Gaziantep, kota yang terkenal dengan aneka baharat dan pistachio-nya. Lanjut ke Konya dan menaklukan Satan Bridge, yang belakangan kami dapat kabar dari seseorang bahwa temannya baru saja terjatuh dari puncak jembatan dan menyebabkan patah punggung. Saya bergidik ngeri dan berjanji tidak akan kembali lagi kesana selepas itu. Menyaksikan langsung pertunjukan Swirling Darvish di gedung belediye--yang biasanya hanya saya lihat di TV atau youtube. Kemudian untuk ke sekian kalinya menjelajahi kastil kapas Pamukkale di Denizli dengan koper sebagai taruhan [disimpan di depan toilet gerbang depan karena tidak ada tempat penitipan barang, hal terkonyol selama winter trip]. Dan setelah menahan flu berkepanjangan, akhirnya tiba kembali di Izmir. Barat-Utara-Selatan-Barat. Hanya satu pekan dan saya sudah menjelajahi tiga perempat Turki? Demi apa? Pulau Jawa saja belum habis saya dikunjungi =P.
Saat musim semi tiba, bersama rekan IPB yang juga sedang berkuliah di Turki kami melakukan trip singkat lain. Kali ini judulnya agak berbeda memang, dalam rangka reuni sekaligus menikmati festival lale/ tulip di negeri Al Fatih. Hehe. Meet point di Bursa, sama-sama ke Sakarya dan berakhir di Istanbul. Memanjat benteng Fatih, berteman dengan backpacker dari Taiwan yang saat itu sudah menjelajah 17 negara dengan tabungan gajinya *sugoi sekali, berkawan dengan mualaf cantik berdarah Prancis-Jerman, membuat video ucapan pernikahan dalam gemerlap lampu jembatan Bosphorus dan Gulhane *demi ya, sampai aksi jemput mahasiswa dari Indonesia yang nyasar di bandara.
Di awal musim gugur, berkat rezeki-lain-yang-tak-terduga saya juga berkesempatan untuk mengunjungi tiga lagi kota keren disini; Aksehir tempat hidupnya Nashreddin Hodja, Nevsehir dengan Kapadokya-nya yang menyihir mata dan Kayseri tanah kelahiran bapak arsitektur Turki--Mimar Sinan. Woo.. benar-benar trip yang nggak ada habisnya =P. Alhamdulillah ya, InshaAllah tidak akan meninggalkan turki Turki dengan penyesalan, hehe. But, like a wise ever mentioned, traveling is not merely about places but people instead. And she was right. I did learn a lot from my journeys as well, from people around me in particular.
Semoga tahun-tahun berikutnya takdir baik mengizinkan saya menapakkan kaki di belahan bumi yang lain, bertemu, bersafar dan belajar dari orang-orang hebat yang lain. Aamiin yra.
Erasmus Battle. Satu hal lain yang menjadikan 2015 berbeda dengan tahun lainnya adalah keikutsertaan saya dalam seleksi beasiswa Erasmus LLP. Untuk pertama kalinya selama 25 tahun saya benar-benar memahami apa arti 'memperjuangkan mimpi' yang sesungguhnya. Pembelajaran yang sukses membuat hidup saya jungkir balik
Blog Addict. Tahun ini juga saya merasa lebih produktif dalam menulis blog. Senengnya.. Yah, walaupun nggak bagus-bagus amat dan masih belepot disana-sini, but still I do appreciate my consistency in writing. Sekali-kali boleh lah ya menghargai diri sendiri, hehe. Mudah-mudahan ke depan bisa makin sering nulis blognya, makin bermanfaat juga isinya. Terima kasih untuk para pembaca dan pengunjung blog yang bersedia menengok-nengok meskipun sebentar. Gozlerinize saglik, Allah razi olsun (: .
Dream Bouquet. Blessings in disguise. Tidak selamanya yang kita anggap gagal adalah kegagalan. Selalu ada hikmah dari setiap kejadian. Layaknya bunga, selalu ada kuncup sebelum ia siap mekar menunjukkan keindahan sepenuhnya. Mungkin begitulah kurang lebih yang saya alami dan rasakan. Setelah melihat lebih jauh atas segala hal yang saya sebut sebagai kegagalan, di penghujung tahun ini mereka justru menampakkan diri sebagai kuncup. Menjanjikan wangi mimpi-mimpi baru yang akan segera mekar kemudian, inshaAllah. Duh, saya jadi deg-degan [dengan mimpi-mimpi saya] saking excited-nya. Nggak sabar nunggu tahun berganti. Bagaimana denganmu?
There's always nothing about self reflection but grateful, I know.
Hence, Thank you Allah for everything you've given to me this one last year.
and Thank you for my another one year to go.
Alhamdulillah.. Alhamdulillah.. Alhamdulillah..
--
Dear soon-to-be-end year,
Maaf jika karena ketidaktahuanku, aku sempat menghakimimu, 2015.
Terima kasih atas segala pembelajaran dan kenangan nano-nano yang kau goreskan.
Melalui angin dingin kelak, kan kubisikkan syukur atas kuncup mimpi yang kau tumbuhkan.
Selamat tinggal, 2015. Hosca kal !
Selamat datang, 2016. Hos geldin ! Sudikah kiranya merajut bunga mimpi bersamaku?
Bornova, dalam rintikan salju.
...
Comments