Yakin Kalau Kamu Peduli?


Aku memutuskan untuk menutup laptop dan beranjak tidur ketika sebuah postingan di laman FB menarik perhatianku. Disana tampak seorang kakek tua dalam balutan kostum tokoh kartun binatang. Kostum berwarna merah yang tidak bisa lagi dibilang merah. Sudah luntur dan usang. Menurut keterangan di bawah gambar, sang kakek telah berusia 60 tahun. Telah hampir dua tahun menderita stroke. Kuperhatikan lagi baik-baik gambar itu. Tangan kanan sang kakek memang sepertinya mengalami gangguan. Dan dengan kondisi seperti itulah ia kerap mengumpulkan rupiah demi rupiah untuk  menyambung hidup.

Hal pertama yang kupikirkan saat melihat foto adalah 'itu pasti kostum gak tipis, kakek itu gak kepanasan kah?'. Jawabannya sudah jelas kan, Er? Saat kau butuh menyambung hidup, masih penting kah pertanyaan panas atau tidak?

Hal kedua yang membuatku penasaran adalah 'kakek ini punya anak atau sanak saudara gak ya?'. Dan pertanyaan ini pun terjawab setelah aku meng-klik keterangan di bawah gambar. Rupanya tidak punya siapapun. Hidup sebatang kara.

Sudah lanjut usia. Sakit. Hidup sebatang kara pula. Rasanya itu...

Yah, saya sih gak akan mendramatisir keadaan ya. Sebab dimanapun hamba Allah berada, Allah akan menjamin rezekinya. Pasti. Bagaimanapun jalannya.

Hanya saja, kalau membaca atau melihat kisah-kisah seperti kakek ini, saya suka malu sendiri. Takut sendiri. Bagaimana kalau ternyata saya atau kita adalah termasuk pihak yang secara tidak langsung bertanggung jawab atas keadaan mereka saat ini. Keadaan mereka yang seperti ini. Keadaan yang menurut kebanyakan kita 'kasihan sekali' ini tapi hanya bisa bilang kasihan saat itu saja. Itupun karena ada yang berinisiatif memposting di dunia maya. Kalau tidak? Apa iya kita akan bersedia turun dari angkot di jalan hanya untuk memberi sedikit makan minum kepada kakek/ nenek yang bernasib seperti ini?

Jangan-jangan ketika kita sibuk berempati di dumay, tetangga terdekat kita justru sedang dalam kondisi susah payah dan memerlukan bantuan. Kita sibuk mengasihani yang jauh, tapi yang dekat tidak pernah sama sekali diperhatikan. Astagfirullah.. Mudah-mudahan kita tidak termasuk orang-orang yang seperti itu ya sahabat. Atau jika perkiraan saya benar dan ada diantara sahabat sekalian yang merasa tersindir dengan tulisan saya, maka semoga sindiran ini menjadi bahan pengingat dan introspeksi untuk kita semua. Mari sama-sama belajar untuk lebih peka dan peduli dengan orang-orang sekitar kita. Saya yakin, sedikit saja kita lebih acuh dan simpati dengan sekitar, maka tidak akan ada lagi foto-foto yang akan beredar di dunia maya seperti kisah kakek di atas. Mudah-mudahan, InshaaAllah.         

     

Comments

Popular posts from this blog

Hati-hati dengan (kriteria) Pria Turki !

Perempuan Indonesia di Mata Laki-laki Turki

MashaAllah ala Turki vs Indonesia

Belajar Memahami Kamu

Lelaki Turki