Hoş Geldiniz, saudara se-iman :)
Entah kenapa udara
subuh ini terasa begitu menusuk, jauh lebih dingin dari biasanya. Musim dingin
masih jauh waktu muncul dan bahkan musi gugur pun belum berani menunjukkan
kerontokannya tapi udara pagi ini terasa begitu tidak bersahabat. Çok souk (sangat
dingin)—begitu kalimat yang sering kudengar dari Marve. Untunglah kamar mandi
asrama dilengkapi dengan keran air hangat. Bukan sesuatu yang luar biasa
memang. Di negara subtropis, menyediakan keran air hangat dan dingin bisa jadi
adalah harga mati. Lorong kiri lantai 1, sebrang kantin. Oh itu dia
mushala—mesjid. Perlahan kubuka pintu mesjid dan.. ‘oh ada orang yaa..’
Ada dua orang di
dalam sana. Mereka tidak terlalu tinggi untuk ukuran orang Turki. 155 cm
mungkin tingginya. Aku menutup pelan pintu di belakangnku dan mulai memasang
mukena. Maksud hati mau ikut masbuk tapi ternyata salam mereka telah memutus
harapanku, hhe ^^”. Aku yakin mereka menyadari keberadaanku saat menoleh ke
belakang—mencari sosokku. Penasaran juga, seperti apakah gerangan wajah saudara
baruku ini.
masyaAllah, sesaat
aku tersentak karena ternyata mereka.. kembar. Sontak aku langsung menunjuk
mereka dan berseru ‘hoh.. Twin !’ berasa baru pertama kali liat orang kembar.
Mereka hanya tersenyum simpul melihat tingkahku sambil berbisik pelan
‘merhaba’..
namanya Aisya dan Künlü. Aah entahlah aku
menulis namanya dengan benar atau tidak. Nanti lah akan kucari tau lebih baik
lagi setelah belajar bahasa Turki di Tömer. Bukannya apa-apa, saat ini aku belum bisa
berkomunikasi dengan baik dengan mereka. Alasan klasik—bahasa. Hal ini juga lah
yang menyebabkan aku sedikit kesulitan untuk mengajak mereka shalat berjamaah.
Kami shalat, tapi bersama-sama, bukan berjamaah. Ben Imam, siz makmum..
haaaah... andai segampang itu :S
***
Comments