Tengkyu, Abang


Percakapan dalam angkot.

'TASIUN TASIUN.. A, A, tasiun hayuk A!"

Sepuluh menit menuju jam sembilan malam. Saya duduk gelisah. Angkot yang sejak tadi ditumpangi tak kunjung berjalan. Alih-alih maju, eeh.. malah mundur lagi. Gas rem gas rem, ujung-ujungnya ngetem.

'Bang masih lama ya?' pertanyaan yang paling disebelin sopir angkot.

'Ya, gapapa Neng, turun aja.'

Dengan senang hati saya keluar dari angkot ijo muda. Ya ngapain juga nunggu lama-lama untuk sesuatu yang nggak jelas kan? Mending turun. Toh banyak juga angkot yang dari tadi lalu lalang tanpa ngetem.  

Dua puluh meter saya berjalan dan menunggu angkot lain lewat. Lima detik, sepuluh, tiga puluh, satu menit, tiga menit. Ini angkot pada kemana ya?

Angkot yang beberapa saat lalu saya campakkan tampak mulai penuh. Hanya hitungan detik angkot itu melesat maju menuju tempat saya berdiri.

Waduh, gimana nih? Naik nggak ya? Tengsin :{. Tapi kalau nggak naik, nanti lama lagi datengnya. Serba salah.

Sebetulnya tadi berharap sekali akan ada angkot lain lewat, membawa serta saya biar nggak usah naik angkot barusan dan ketemu abang sopirnya lagi.

Tapi apa boleh buat? Akhirnya saya lambaikan tangan kiri juga. Malu sih. Dikira abangnya nggak akan berhenti karena sebel liat saya yang sok-sokan buru-buru pulang tapi masih matung pinggir jalan. Eh ternyata enggak > <. Angkotnya merapat mulus tepat di depan saya berdiri.
Untung abang sopirnya nggak se-baper kamu ya, Er πŸ˜‚.    


Sok-sok an nggak mau, ujung-ujungnya naik juga. Malu sih, tapi gimana dong? Takdirnya harus begitu. Life must go on, katanya.

Kalau dipikir-pikir, hidup kita sering banget kaya gitu nggak sih? Layaknya naik angkot. Nggak sabaran. Maunya cepat, kilat. Nggak mau sabar walau cuma sebentar. Selalu berharap, mencari dan mematok segala sesuatu dengan standar tinggi. Terlalu tinggi malah. Faktanya? Searching for the perfections had never made you perfect.    

Pantesan orang-orang tua (saya) seneng banget ngasih mantra lama: jalanilah hidup layaknya air mengalir. Apa yang hadir di depan mata, raihlah. Kesempatan tidak selalu datang dua kali (*saya mengamini poin ini). Mungkin hidup kita nggak mulus gara-gara salah memilih satu poin nasib. Tapi ingat, Er, nasib buruk (kalau kamu menganggapnya begitu) itu juga bagian dari skenario Allah.
Segala sesuatu dalam hidup kita ada dalam koridor takdir Allah, dan semuanya baik; selama kita taat (*obat banget deh ini T_T).

Terima kasih abang angkot, atas bahan refleksi hari ini.

Bogor, 22.09.2017
Welcome back home, JingXie :')

 

Comments

Popular posts from this blog

Perempuan Indonesia di Mata Laki-laki Turki

Hati-hati dengan (kriteria) Pria Turki !

MashaAllah ala Turki vs Indonesia

Wanita Turki

Tanya Jawab Seputar Beasiswa Turki