Posts

Showing posts from January, 2016

[Post-Watching Reaction] Film 3: Alif, Lam, Mim

Image
Judul film: Tiga-Alif, Lam, Mim Genre: Drama, action Sutradara: Anggy Umbara Produksi: Ram Punjabi Casts: Cornelio Sunny (Alif) , Agus Kuncoro (Mimbo), Abimana Aryastya (Herlam), Prisia Nasution (Laras/ Nayla), Tika Bravani (Gendhis) Alif Lam Mim Ada yang udah nonton film 3 ? Kata seorang bijak, suatu karya dikatakan berhasil manakala karya tersebut mampu menimbulkan efek terhadap penikmatnya. Efeknya tentu bisa macam-macam ; mempengaruhi emosi, mengubah cara pandang dan pemikiran terhadap sesuatu, mengubah cara bersikap ke dalam maupun keluar diri, dll.  Nah, kalau pakai patokan kesuksesan di atas, bagi saya pribadi film TIGA tergolong karya yang berhasil itu. Kenapa ? Karena setidaknya menyebabkan beberapa hal berikut pada diri saya selaku penikmat filmnya * h allah .  1. Setelah menonton film ini saya bisa 'paham' kenapa TIGA harus ditarik dari peredaran.      Pertama kalinya dalam sejarah perfilman Indonesia, ada cerita yang berani mengangkat isu sensitif

Ningali Jurig

Saberesna jajan Teh Dingin ti warung Mang Ace, caritana si Opik teh miceun sampah gelas palastik sisieun imah Neng Sifa. Kacipta kaget manehna barang ningali ka lorong kontrakan belah kenca, aya awewe dina baju hideung, awakna jangkung tur buukna riwig. Langsung atuh eta mah kontan lumpat satarikna, embung nempo deui katukang. Rek balik ka imah sieun, tungtuna ningali lampu hurung keneh di warung Teh Ani, langsung bae gegedor. ‘Aya naon pik?’ ‘Teh Ani, abi ningali kunti,’ pokna bari engap-engapan. Ngagoloseh dina ubin koneng, nyarandekeun maneh kana tembok.  'Ah maenya wayah kieu aya kunti. Salah ningali meureun?' Opik teu ngomong sakecap-kecap acan. Kalah ka ngaringkuk nangkeup tuur bari dederegdegan. Cape ongkoh, sieun komo deui. 'Geus, geus, keun we. Yeuh inuman heula ngarah tenang, Pik.' A Asep, salaki Teh Ani, nyodorkeun Ale2 tina kulkas. Tuluy we dileguk. Minum na ge bari tuur ngadegdeg tea geuning. Teu lila, Diwan ngaliwat balik gawe sigana. Duka balik ulin. Nin

[Review Novel] The Kite Runner

Image
Judul buku : The Kite Runner Pengarang : Khaled Hosseini Tahun terbit : 2003 Jumlah halaman : 340 hlm Main casts : Amir, Hassan, Baba, Ali, Soraya, Karim Khan, Assef, General Taheri, Khala Khanum, Sohrab, Farzana Sinopsis The only unforgiven sin in this world is lie.. Jangan pernah berbohong Amir. Kebohongan lebih kejam bahkan dari perampokan sekalipun. Sebab dengan berbohong kau mengambil harta dari tuannya, memisahkan seorang ayah dari anak dan istrinya, dan mencuri hak kebenaran dari orang yang berhak menerimanya. Memenangkan turnamen layang-layang di musim dingin 1975 adalah memori indah terakhir yang Amir dan Hassan miliki. Amir dan Hassan telah hidup bersama sejak lahir, lebih dari sekedar hubungan majikan dan pelayan. Fakta bahwa mereka satu ibu persusuan menjadi salah satu faktor kedekatan keduanya sebagai teman karib. Setidaknya begitulah anggapan Hassan, meski tidak pernah demikian bagi Amir. Entah sejak kapan Amir menyadari bahwa ia begitu membenci Has

Hati-hati dengan (kriteria) Pria Turki !

Duh maaf ya OOL'ers sekalian.. akhir-akhir ini sedang disibukkan oleh sesuatu nih. Target resolusi 2016 #hallah gaya. Terus baru keingetan deh kalau lapaknya belum dikasih makan, huhu. Jadi, apa yang mau saya tulis hari ini? Sepertinya topik yang lagi nge-hits -aka Perempuan Indonesia- masih belum selesai ya. Saya tuliskan sedikit lagi deh biar lega *berasa apa aja. -- ''Waduh kok mengerikan sekali ya. Kalau begini saya jadi ilfeel sama perempuan Indonesia.'' komentar salah seorang pria Turki dalam suatu obrolan. Nah lo nah lo.. ada apa ini? Kira-kira apa ya yang bakal bikin pria Turki ilfeel sama perempuan kita? Merokok? Perempuan Indonesia enggak kayanya. Matre? Bukan juga. Lagian itu mah bakat alam, fitrah. Sikapnya nyebelin? mungkin ini bisa dipertimbangkan sebagai satu diantara sekian alasan yang bikin lelaki 'iyuhh..' sama perempuan. Usut punya usut, ternyata pria Turki (yang baik) itu enggak suka sama perempuan yang.. agresif. Fyuh , l

MashaAllah ala Turki vs Indonesia

Image
Ada satu hal yang membuat saya terheran-heran ketika pertama kali mengobrol dengan orang Turki. Ceritanya udah kursus bahasa nih selama beberapa bulan, jadi lumayan agak casciscus dan bisa ngerti dikit-dikit. Hehe.   A: Kamu orang mana? B: Indonesia A: Cantiknya. Aku suka caramu memakai jilbab. B: Terima kasih. [senyum] A: MashaAllah.. B: [mendadak berhenti senyum, melipat kening] Lah, ini orang muji apa bukan sih, kok bilangnya MashaAllah? Emang cantik musibah, ya? Bilang Subhanallah kek gitu.  Di lain kesempatan.. A: Burada okuyor musun? Sekolah disini (Turki)? Z: Evet. Iya. A: Cok guzel, Ma ş allah. Very good, MashaAllah .    Z:  @.@ OT: Cocuk asiri zekidir, Ma ş allah. Dia pintar sekali, MashaAllah . Sy: [masih mikir] OT: Aih.. ne kadar tatlisin ya. Ma ş allah. Ya ampun.. lucu banget sih kamu. MashaAllah .   Sy: [Mulai ngeh] Oalaaah.. jadi MashaAllah ini dipakai untuk memuji toh. Menyatakan ekspresi kekaguman atas suatu keindahan atau kebaikan. Duh, dudu