[Review Novel]: A Thousand Splendid Suns



Judul buku : A Thousand Splendid Suns
Pengarang : Khaled Hosseini
Tahun terbit : 2007
Jumlah halaman : 402 hlm
Main casts : Maryam, Laila, Rasheed, Tariq, Jalil, Nana, Aziza, Zalmai, Muiz Faizullah



www.amazon.co.uk


Sinopsis

[Warning!! Spoiler detected]


Sebelum mulai membaca, saya coba menebak-nebak maksud dari cover novel yang tertera di gambar (kebetulan cetakan versi ini yang ada).
Kira-kira isinya tentang apa ya? Kenapa gambarnya harus seorang perempuan dengan sandal yang tampak kebesaran? Highheels pula. Kan susah pakai hak tinggi di jalanan model begitu. Atau mungkin buku ini menceritakan tentang perjalanan dan perjuangan hidup seorang perempuan? Kenapa judulnya harus ribuan matahari? Sebegitu lamakah waktu perjalanan hingga menghabiskan puluhan tahun? Menghabiskan ribuan siklus matahari..

--

One could not count the moons that shimmer on the roofs,
or the thousand splendid suns that hide behind her walls__


"Jangan pergi dariku Maryam, atau kau akan melihatku mati!"
Nana hanya mengancam, Maryam. Ibumu tidak akan melakukan hal sebodoh itu. Dia hanya tidak ingin kau bertemu Jalil. Bertemu ayah kandungmu dan keluarganya..
.
Untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak. Jalil benar-benar tidak menerima kehadiran Maryam di rumahnya. Dan kini, saat ia kembali pulang menuju rumah yang sebenarnya, seseorang itu telah tergantung kaku di dahan pohon tepi sungai. Satu-satunya perempuan yang mencintai Maryam dengan tulus, kini sudah tidak bernyawa lagi. Nana telah mati.
.
Sepeninggal ibunya, di usia yang baru menginjak 9, Jalil menikahkan Maryam dengan Rasheed. Pemilik toko sepatu berumur 45 tahun dari Kabul. Hidup bersama pria yang belum pernah dikenal dengan riwayat masa lalu kelam, kasar, membuat hidup Maryam jungkir balik. Keguguran bayi pertama dan kedua, kelakuan Rasheed yang semakin membabi buta, lintasan peluru dan roket-roket di udara membuat suasana semakin kacau. Ditambah lagi dengan pertarungan antara mujahidin dan tentara Soviet, perebutan kekuasaan rejim komunis dan islamis, merebaknya pembunuhan dan pemerkosaan menambah parah keadaan.
.
Kenyataan pahit lain harus Maryam terima saat Rasheed (telah berusia 60) memutuskan untuk menikahi Laila. Gadis 16 tahun yang--menurut pengakuan Rasheed--telah ia selamatkan dari puing-puing bangunan akibat serangan roket ke rumah Laila tempo hari. Laila menerima tawaran pernikahan itu. Demi melindungi sesuatu yang kini telah bersemayam dalam tubuhnya, buah cinta antara ia dan Tariq.
.
Maryam dan Laila. Sampai kapan pun, dalam kondisi apapun, mereka tidak akan pernah menjadi teman satu sama lain. Tidak sampai Laila membela Maryam yang hampir dipukuli Rasheed (lagi) pada suatu malam karena kesalahan sepele. Tidak sampai Maryam untuk pertama kali menceritakan masa kecilnya yang berakhir hidup dengan Rasheed. Tidak sampai Laila mengungkap rahasia besar yang tersembunyi dibalik perutnya. Tidak sampai Maryam dan Laila menyadari betapa keduanya begitu membenci lelaki yang telah merusak kehidupan mereka, Rasheed.
.
Malam itu, demi mendengar bahwa Laila bertemu kembali dengan Tariq, Rasheed menyiksa Laila habis. Darah mengucur dari sekujur tubuh perempuan yang dipukuli tanpa ampun dengan sabuk kulit besar. Tak cukup puas, ia mencekik leher gadis itu kuat. Semakin kuat, tanpa ampun. Laila meronta tetapi Rasheed tetap bergeming hingga sebuah sekop tertancap sempurna di punggungnya. Memulas lantai ruangan merah dengan darah. Lelaki itu terbunuh di tangan istrinya, Maryam.
.
Bagaimana kisah ini akan berlanjut? Akankah Maryam berakhir di tiang gantungan atas pembunuhan bermotif 'menyelamatkan nyawa' itu? Akankah Laila bertemu kembali dengan Tariq, belahan hati satu-satunya? Mungkinkah Kabul, Afganistan, cukup aman untuk kembali ditinggali? Lalu bagaimana nasib Jalil sepeninggal Maryam?

--

Ternyata tebakan saya tentang cover tadi nggak melenceng-melenceng amat. Hehe. Intinya tentang perjalanan hidup perempuan, dalam medan yang 'sangat terjal'. Kalau saya boleh bilang, ini novel-berumur-tiga-dekade pertama yang saya baca. Betul. Seenggaknya butuh waktu (pengamatan) 30 tahun bagi Hosseini untuk menulis buku ini loh. Luar biasa.

"Gimana, Na? Sedih nggak? Bagian mana yang kamu suka banget?" saya melongo mendengar pertanyaan si empunya novel. *ketahuan deh dapet minjem.

"Nggak tau. Perasaanku udah diaduk-aduk, Mba." hehe. Lebay banget ya ini jawabannya. Tapi emang bener sih. Ini Om Hosseini sukses bikin emosi saya campur aduk. Di setiap pergantian halaman mesti ekspresi akan berubah sambil bergumam

'Oh My...'
'Aaah...' atau 'Yaaah..'
'Ya ampun!' *sambil bekap mulut
'Jangan.. jangan.. plis jangan..'
'Segitunya kah?'
'Mmh..'
'Ih.. sumpah ya orang ini'

Begitulah. Sampai-sampai ada satu halaman yang saya pengen banget robek-robek, saking keselnya. Haha. Untung inget itu buku orang. Duh, Er.

Pokoknya, ini buku seruuu... Seru banget ! Paket komplit. Yang mau baca, dijamin nggak nyesel. Kalau selama ini kita baca novel sebatas teman minum teh, atau nunggu antrian. Bagi saya A Thousand Splendid Suns lebih dari itu. Sukses bener bikin saya nggak bisa move on. Dan.. untuk pertama kalinya dalam sejarah pembacaan novel berbahasa Inggris (versi saya tentunya), saya menyelesaikan 2/3 buku sekali duduk. Segitu serunya kah, Er? Baca sendiri aja lah biar nggak penasaran. Hihi.

Kalau KH bisa bercerita dengan perang kemerdekaan Soviet-Mujahidin-Taliban-nya, mungkinkah penulis Indonesia ada yang mau berkisah dengan latar pemberontakan G30S PKI =P? *just asking

Eniwei, happy reading :)



Comments

Popular posts from this blog

Hati-hati dengan (kriteria) Pria Turki !

Perempuan Indonesia di Mata Laki-laki Turki

Lelaki Turki

Cari Jodoh Orang Turki?

MashaAllah ala Turki vs Indonesia