Posts

Showing posts from May, 2014

Abi !!

Oke, waktu istirahat telat lima menit. Artinya harus setengah berlari menuju gedung sebelah untuk shalat Dzuhur. "Erna, i'll not come with you. I'll pray in the dorm later coz i feel dizzy now." Aku hanya mengangguk pelan tanda setuju pada Mazuin. Ya, waktu shalat Dzuhur memang masih panjang. Sebenarnya bisa saja aku shalat di asrama juga seperti Maz. Tapi mengingat ada pelajaran tambahan yang harus aku dan beberapa teman ambil selepas TOMER, ku putuskan untuk segera shalat saat itu. Entah kenapa alih-alih bergegas menuju gedung sebelah, kakiku malah berjalan ke lantai bawah. Ke tempat biasa kami shalat dulu, ruang petugas kebersihan. Bagian otakku yang lain sadar betul bahwa gedung sebelah baru saja usai dipakai seminar panel beberapa profesor dari fakultas seni. Artinya kemgungkinan besar tikar alas shalat di gedung sana sudah di-'aman'kan. Eh, ruangannya buka ternyata! Diantara lubang pegangan di turunan tangga aku bisa melihat dua dari tiga abi (pa

Kristofer (2): apa kabar itu berarti sepatu

"Erna, how do we say 'comment ca va (read: komo sava) in your language?" tanyanya tiba-tiba. Seingatku sepintas lalu Kristofer masih asyik menikmati peran 'hoca' Turkce-nya untuk mengajari Katy. Aku mencoba mencari daftar kata komosava di sudut-sudut otakku. "Aah.. you mean 'nasilsin' (Turki: apa kabar)?? In my language we say 'a-pa ka-bar' " sengaja aku mengejanya lambat. Berharap Kristofer cukup fasih melafalkan bahasa yang tergolong baru baginya. Ya, lidah Prancis memang memiliki dialek yang bisa dibilang cukup spesial. Setiap kali mereka bicara bagiku terdengar seperti huruf 'kh' dimana-mana. Bagiku Prancis termasuk salah satu bahasa yang tidak konsisten. Kalau kata Maz, bahasa Prancis itu the way it's pronounce is not the same as the the way it's written (cara kita membaca tidak sama dengan cara kita menulisnya). Mungkin inilah salah satu faktor yang membuatku urung untuk mencuri beberapa kalimat bahasa Prancis

$1000 murah kan?

"Hey Erna, did I show you my pics?" Aku hanya menggeleng ringan seraya memiringkan sedikit badan ke arah Urva Shee. Memastikan ia menangkap maksud jawabanku. Sementara Olkar asik sendiri menikmati beberapa sendok terakhir corba -nya (sejenis apetizer bubur cair ala Turki).  Siang itu yemekhane (sejenis rumah makan asrama) tidak terlalu ramai memang sehingga kami bisa mengobrol dengan leluasa tanpa banyak interupsi percakapan bahasa Turki dari meja-meja yang lain. Sejurus kemudian Urva menunjukkan sesuatu di HP nya. Aaah.. ya. Aku pernah melihat gambar itu. Pantai tropis Mauritius. Persis seperti yang ia tunjukkan saat presentasi Sozlu Anlatim di kelas TOMER. Bagi Urva Mauritius adalah segala-galanya. The one and only . Negara terbaik dan ternyaman untuk ditinggali. Beberapa kali hoca (guru) kami pun bahkan menyatakan ketertarikannya untuk berkunjung ke negara Tropis di kawasan Afrika selatan itu. Termasuk aku. hehe.. Tentu saja ini bukan semata-mata karena alasan pant

Dan es krim itu..

"Fatuma, kantinden dondurma hic mi almadin? " (Kamu gak pernah beli es krim sama sekali dari kantin?) Musim panas baru sebulan kemudian akan muncul. Tapi tak bisa dipungkiri memang kalau satu bulan terakhir memang udara ini kurang begitu bersahabat. Panas. Rasanya ini adalah kali pertama aku berkeringat sejak musim gugur yang lalu. Es krim yang baru sepintas lalu kuambil dari freezer pun dengan gesitnya meleleh. Antep Fistik Cikolata. Kuputuskan untuk mengambil es krim berbentuk kerucut ini pada akhirnya. tiba-tiba saja aku teringat perkataan seseorang Wah.. kalau ke Turki belum makan eskrim ijo dari Antep kayanya ada yang kurang deh. Dan pasti kalau pulang ke Indo bakal kangen sama eskrim yang satu itu     Seenak dan seunik itukah rasanya ? pikirku seraya menyerahkan uang pecahan lima lira kepada sang abla sementara ia memberiku 2,5 lira. Kuharap eskrim ini akan se-'sesuatu' seperti yang orang-orang katakan mengingat harganya yang cukup mahal menurut ukuran

and Yes! Being introvert is 'anugerah' (1)

Grrr... Selalu saja! Udah tau bakal kekunci, kenapa masuk ke toilet ini er.. -_-" krek.krek.krek. makin dicoba dibuka ini pintu makin mandek aj. Untunglah aku teringat pada si gadis Turki yang sedang berkaca di luar. Baiklah, kurasa untuk pertama kalinya. kali ini. aku akan memberanikan diri untuk minta tolong. (haloo er, minta tolong itu bukan tentang berani atau enggak, tapi tentang HARUS) Well.. lebih tepatnya: memberanikan diri untuk NGOMONG. Kubuka sedikit gumpalan tisu yang menyumbat lubang kecil di pintu toilet. FYI pintu toilet ini memang sudah bolong dari sejak entahlah kapan. Aku mencoba mengintip dan memastikan bahwa si gadis Turki masih berdiri di tempat pertama aku melihatnya tadi. Sambil berusaha (lagi) membuka pintu toilet (biar tekesan dramatis dan si gadis ngeh untuk menolong) aku mendengar mulutku berkata ''emmh.. pardon (maaf)'' saat suara langkah si gadis mendekati pintu toiletku. Sesaat aku berpikir bahwa ia datang untuk membukakan pintu