Sejak Kapan Opik Jadi Kucing??


Namanya Opik. Taopik Dadian lengkapnya — nama yang terlalu aneh (baca: ejaan tidak biasa) menurut saya untuk ukuran nama orang Sunda. Kecuali huruf 'p' di tengah nama. LOL.

Entahlah. Saya tidak ingat persis siapa yang menamai adik lelaki bungsu keluarga kami ini.

Satu hal yang harus kalian tahu tentang Topik (sebelum membaca cerita ini lebih lanjut), dia suka banget melihara sesuatu mulai dari ikan-ikanan (lele, cupang, sepat, impun*), burung-burungan, sampe mamalia-mamaliaan seperti kucing. Khusus untuk hewan yang terakhir ini, menurut saya, kadar kecintaannya bisa dibilang melebihi kadar kecintaan dia pada dirinya sendiri *lebayy.

Ceritanya, suatu hari saya pulang ke Bandung dalam rangka liburan kuliah.  Dan agak shock gitu mendapati Opik udah punya kucing peliharaan baru di rumah. Padahal seingat saya sebelum itu dia pernah punya tiga kucing—Junsu, Conso, Dugong—yang semuanya gagal dipelihara. Ketiganya wafat mengenaskan. Yang paling nggak bisa saya lupakan adalah insiden kelam dimana dia pernah 'meluk' salah satu kucing sampai mati lemas. Saking 'sayangnya'. Dulu dia masih umur 3 atau 4 taunan gitu sih, jadi mungkin belum ngerti kali ya kalo memeluk kucing 'erat-erat' itu sama artinya dengan mengancam jiwa kucing. Huff..

Saya kira dia udah trauma pelihara kucing setelah kejadian itu. Ternyata enggak !! T_T

Kucing barunya yang sekarang berwarna putih dengan spot oranye kuning item di beberapa bagian. Persis banget sama Conso atau Junsu (jadi sedih kalau inget mereka). Ekornya panjang dan bulunya itu loh.. lebat. Lebat banget malah. Kalau diliat-liat kucing ini lebih mirip boneka kucing daripada kucing beneran. Namanya Berekeng (baca: breukeng). Satu lagi nama kucing yang menurut saya sangat tidak biasa dan tidak indah didengar.

*

Saya: “Pik, kenapa nama kucingnya Brekeng? Jelek banget!” tanya saya suatu hari.

Opik: "Pengen aja."

Saya: "Ya orang kan kalau namain sesuatu biasanya ada alasan.."

Opik: "Hmm.. Bener mau tau?" tanya balik, sementara tangannya masih sibuk membersihkan toples selai untuk peliharaannya yang lain (baca: ikan cupang).

"Soalnya.. kalo dia nggeliat bulunya bakal berdiri.. berrrrr…!! [menirukan gaya kucing menggeliat] Jadi we dinamain Berrrekeng !” katanya santai.

Saya: Ibarat kata kartun Maruko Chan, mesti ekspresi saya nyengir aneh dengan garis-garis vertikal item di depan jidat. Awkward.



Mpus Berekeng [dokpri]


Dan begitulah nama kucing baru di rumah kami ditentukan. Tanpa bubur merah bubur item tentunya, apalagi bubur kacang ijo. Setiap kali saya pulang ke Bandung, hanya bulu kucing Berekeng yang bertebaran di seantero rumah. Dikit-dikit,

Keeeeng… Berekeeeng… Ekeeeng….

Haissss !

Oiya, perlu kalian tahu juga kalau di rumah kami satu-satunya orang yang maniak kucing yaa.. cuma si bungsu ini. Saking deketnya dia sama kucingnya, sampai-sampai bapak-ibu saya aja kadang bingung bedain mana kucing dan mana adik saya.

Bapak: “Keeeeng, nih jajan!”

Saya: ngapain si bapak ngasih jajan ke kucing? (mikir)

Gak lama kemudian Opik nongol nyamperin Bapak . "Mana pak?" katanya.

Saya: Atulah.... -____________-" [MarukoChan.com]


Atau di lain kesempatan..


Suatu pagi saya bermaksud ngasih tulang ikan buat si Brekeng. Tapi tumben banget pagi itu gak keliatan batang hidungnya. Padahal biasanya kalau denger suara sendok-piring si Ekeng bakal langsung menuju sumber suara.

Saya: “Mah, liat si Berekeng gak?”

Mamah: “Tuh lagi nonton Upin Ipin” jawab sekenanya sambil asik menjahit celana olahraga Midah yang bolong.

Saya: “Heh? Kucing nonton Upin Ipin?” [garuk-garuk kepala yang sebenarnya gak gatal].

Mamah: “Oooh Brekeng kucing? Dikira nyari si Opik… gak tau gak liat”

Saya: “Atulaaah Mamaaah… [garuk dinding]


*

Bahkan orang tua saya juga dibuat bingung karenanya. Kucing=Berekeng=Opik @.@ ????


***

Comments

Popular posts from this blog

Hati-hati dengan (kriteria) Pria Turki !

Perempuan Indonesia di Mata Laki-laki Turki

Lelaki Turki

Cari Jodoh Orang Turki?

Tanya Jawab Seputar Beasiswa Turki