Eh, mescit?
Merve (baca: Merweh) memberi tahu
kami bahwa ada mesjid di lantai 1 dorm tepat saat kami hendak menggelar plastik-bekas-sprai
untuk dijadikan alas shalat (sajadah). Kami mengikutinya dengan patuh. Dan wow.
Aku baru ngeh kalau ternyata dorm kami punya mesjid—mescit dalam bahasa Turki. Letaknya
di lantai 1 tepat di seberang atas kantin dorm.
Tidak terlalu besar untuk ukuran mesjid memang. Tapi ini lebih dari
cukup. Ukurannya tak jauh beda dari oda (kamar) dorm. Karpet tebal peach
berpola lingkaran digelar memenuhi seisi mesjid. Setidaknya di sini ada 2 buah
sejadah dengan 2 buah rak yang diletakkan bersisian siku satu sama lain. Tampak
juga dua buah rok yang kedodoran (menurutku) tertata apik di rak dekat pintu. Orang-orang
di sini memang tidak shalat menggunakan mukena seperti di Indonesia. Cukup
mengenakan rok, sehelai kerudung yang menutup rambut, dan jaket hitam biasanya.
Satu orang bahkan menggunakan kain semacam selendang panjang yang dililitkan
ke seluruh tubuh. Apapun caranya yang penting cukup menutup aurat. Yaa.. memang
rasul pun tidak secara eksplisit menyebutkan bahwa kita harus shalat
menggunakan ‘mukena’.
Indonesia= Syafi’i
Turki= Hanafi
***
Comments